top of page

Mengenal Sleep Bruxism dan Dampaknya terhadap Kesehatan Gigi dan Sendi

drg. Refina | 29 September 2025

Mengenal Sleep Bruxism dan Dampaknya terhadap Kesehatan Gigi dan Sendi

Apa itu Sleep Bruxism?

Sleep bruxism (SB) adalah aktivitas otot pengunyahan berulang dalam tidur, berupa menggertakkan gigi dan/atau mengatup secara tak sadar. Prevalensi diperkirakan sekitar 8–13 % pada orang dewasa. Orang melaporkan sering mengalami SB, dengan kecenderungan menurun seiring bertambahnya usia.

SB sering dianggap sebagai “jembatan” antara bidang kedokteran tidur dan kedokteran gigi, karena kaitannya dengan mekanisme sistem saraf pusat dan otonom, bukan hanya faktor lokal gigi/occlusion.
Bruxism dapat dikategorikan menjadi bruxism saat terjaga dan saat tidur (SB). Etiologi pasti SB masih belum diketahui dan kemungkinan multifaktorial. Literatur terkini menunjukkan bahwa SB diatur secara sentral (faktor patofisiologis dan psikososial) dan bukan perifer (faktor morfologis).

Dalam bidang kedokteran gigi, SB dianggap sebagai parafungsi, suatu aktivitas yang terjadi secara paralel dengan fungsi pengunyahan. Dokter gigi biasanya mendiagnosis bruksisme dengan mempertimbangkan keberadaannya saat terjaga, kerusakan gigi, dan keluhan suara-suara yang mengganggu.

1. Dampak terhadap Gigi
- Keausan gigi (tooth wear / tooth damage)
Pasien dengan SB cenderung mengalami keausan permukaan gigi akibat gesekan berulang (atrisi).

- Kerusakan restorasi dan implan
Aktivitas bruxism kronis dapat memberikan beban ekstranya pada gigi restorasi (mahkota, tambalan) maupun implan, sehingga risiko kegagalan restorasi meningkat.

- Sensitivitas dan nyeri gigi
Keausan enamel/dentin akibat SB dapat menimbulkan sensitivitas (gigi terasa ngilu saat dingin/panas) atau nyeri dentin.

2. Dampak terhadap Sendi (Temporomandibular Joint / TMJ) dan TMD

Beberapa penelitian menunjukkan hubungan positif antara SB dan TMD. Misalnya, dalam studi polisomnografi, SB dikaitkan dengan peningkatan kegawatan nyeri terkait TMD (termasuk keterbatasan mobilitas rahang, nyeri otot pengunyah)

3. Dampak Lainnya
Dokter gigi juga mengakui kemungkinan hubungan dengan sakit kepala, mendengkur/gangguan pernapasan saat tidur, refluks gastroesofageal, atau kondisi neurologis yang menyertainya.

4. Kesimpulan Singkat & Implikasi Klinis
Sleep bruxism adalah aktivitas otot pengunyahan yang terjadi saat tidur dan berkaitan erat dengan kerusakan gigi (keausan, kegagalan restorasi) serta gangguan sendi temporomandibular (deformitas, nyeri, TMD).

Sumber :
1. Herrero Babiloni, A., & Lavigne, G. J. (2018). Sleep bruxism: A “bridge” between dental and sleep medicine. Journal of Clinical Sleep Medicine, 14(8), 1281–1283.
2. Yap AU, Chua AP. Sleep bruxism: Current knowledge and contemporary management. J Conserv Dent. 2016 Sep-Oct;19(5):383-9.
3. Khoury S, Carra MC, Huynh N, Montplaisir J, Lavigne GJ. Sleep Bruxism-Tooth Grinding Prevalence, Characteristics and Familial Aggregation: A Large Cross-Sectional Survey and Polysomnographic Validation. Sleep. 2016 Nov 1;39(11):2049-2056.
4. Zhang J, Yu W, Wang J, Wang S, Li Y, Jing H, Li Z, Li X, Liang M, Wang Y. A Comparative Study of Temporomandibular Joints in Adults with Definite Sleep Bruxism on Magnetic Resonance Imaging and Cone-Beam Computer Tomography Images. J Clin Med. 2023 Mar 29;12(7):2570.

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Klinik Satriabudi Dharma Medika © 2023

Thanks for submitting!

bottom of page