Mengenal Fluorosis:
Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan
drg. Refina | 08 September 2025

1. Apa Itu Fluorosis?
Fluoride memiliki peran penting dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi. Di berbagai negara, fluoride dimanfaatkan untuk pencegahan karies melalui berbagai cara, seperti penambahan dalam air minum, garam dapur, aplikasi topikal berupa gel atau larutan, dan pencampuran dalam pasta gigi. Namun, bila asupannya melebihi batas aman, fluoride dapat menimbulkan efek samping berupa fluorosis, baik pada gigi maupun tulang.
Fluorosis gigi adalah kelainan yang termasuk hipoplasia email, yakni gangguan pada pembentukan lapisan email gigi. Kondisi ini menyebabkan perubahan bentuk dan warna gigi, yang bisa tampak sebagai bercak buram hingga kecokelatan. Fluorosis terjadi akibat asupan fluoride yang berlebihan, baik secara sistemik maupun lokal, selama masa pembentukan gigi, terutama pada anak-anak di bawah usia 8 tahun. Pada kasus ringan, muncul bintik putih; namun pada kasus berat, email gigi bisa menjadi kasar atau berlubang kecil.
Fluorosis sering ditemukan secara endemik. Sekitar 40% kasus fluorosis gigi disebabkan oleh air minum yang mengandung fluoride dalam kadar tinggi. Anak-anak yang mengonsumsi fluoride berlebih antara usia 1 hingga 4 tahun selama sekitar 20 hingga 30 bulan memiliki risiko lebih tinggi. Setelah usia 8 tahun, risiko fluorosis gigi menurun, karena proses mineralisasi gigi depan dan belakang umumnya telah selesai (sekitar usia 2 hingga 6 tahun).
2. Penyebab Fluorosis
Fluorosis gigi bisa disebabkan oleh paparan fluoride dosis tinggi dalam sekali waktu, maupun paparan rendah namun terus-menerus. Tingkat keparahan fluorosis dipengaruhi oleh durasi dan waktu paparan, respons tubuh individu, berat badan, aktivitas fisik, serta kondisi gizi dan metabolisme tulang. Asupan fluoride yang tinggi, kekurangan gizi, serta gangguan fungsi ginjal juga dapat meningkatkan risiko fluorosis.
Beberapa sumber utama kelebihan fluoride antara lain:
- Air minum dengan kadar fluoride tinggi,
- Pasta gigi yang mengandung fluoride yang tertelan,
- Penggunaan suplemen fluoride yang tidak sesuai kebutuhan.
3. Klasifikasi Tingkat Keparahan Fluorosis
Menurut Indeks Thylstrup–Fejerskov (TFI), fluorosis dibagi menjadi:
- Ringan (TFI 1–3): tampak sebagai bintik-bintik putih kecil pada permukaan email,
- Sedang (TFI 4–6): bercak putih lebih luas, mulai muncul warna cokelat,
- Berat (TFI 7–9): warna berubah drastis, permukaan email kasar, dan dapat berlubang.
4. Pencegahan Fluorosis
Pencegahan fluorosis fokus pada pengaturan paparan fluoride, terutama pada anak-anak:
- Gunakan pasta gigi hanya seukuran biji jagung dan pastikan anak tidak menelannya,
- Cek kandungan fluoride pada air minum; jika terlalu tinggi, gunakan air yang telah difiltrasi atau air kemasan rendah fluoride,
- Hindari pemberian suplemen fluoride tanpa anjuran tenaga medis.
5. Penanganan Fluorosis
Bila fluorosis sudah terjadi, terdapat beberapa metode perawatan estetik, tergantung pada tingkat keparahannya:
- Microabrasion: pengikisan ringan pada permukaan email yang mengalami perubahan warna. Prosedur ini tidak menimbulkan rasa sakit, trauma psikologis, atau iritasi pada jaringan pulpa.
- Bleaching (pemutihan): digunakan bila microabrasion tidak memberikan hasil yang optimal atau berisiko mengikis terlalu banyak email. Namun bleaching juga memiliki risiko menyebabkan sensitivitas gigi dan iritasi pulpa.
- Restorasi konservatif (komposit atau veneer): diterapkan untuk kasus fluorosis sedang hingga berat, di mana email sudah cukup banyak hilang dan metode lain kurang efektif.
- Mahkota jaket: diindikasikan untuk fluorosis parah dengan kehilangan email yang luas, khususnya bila hanya tersisa sedikit email di bagian servikal. Dalam kasus seperti ini, prosedur bleaching atau veneer tidak memungkinkan karena tidak ada struktur email yang cukup untuk menopang bahan restorasi.
6. Hubungan Antara Air Minum dan Fluorosis
Berbagai penelitian menunjukkan hubungan erat antara kandungan fluoride yang tinggi dalam air minum (baik dari sumur maupun sumber alami lainnya) dengan peningkatan kasus fluorosis, terutama pada anak-anak dan remaja.
7. Kesimpulan
Fluorosis merupakan kondisi yang lebih berdampak pada estetika gigi dibandingkan fungsinya. Namun, deteksi dan pencegahan dini tetap penting. Pengaturan asupan fluoride sejak dini menjadi kunci utama, dan bila fluorosis terjadi, berbagai metode perawatan estetik dapat membantu memulihkan penampilan dan kepercayaan diri penderita.
Sumber :
1. Nugraha, P. Y., & Darmi, A. R. (2018, December 18). Tingkat fluor dalam air minum dan pengobatan fluorosis berdasarkan indeks Thylstrup Fejerskov. Interdental, 14(2). https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/interdental/article/view/373.
2. Shita, A. D. P. (2015). Perawatan dental fluorosis pada anak. STOMATOGNATIC – Jurnal Kedokteran Gigi, 7(2), 118–123.
3. Rolita, K., Nurcihikita, T., & Sham, S. M. (2024). Analisis pengaruh kualitas air terhadap kejadian dental fluorosis: Sistematik review. Jurnal Informatika Medis, 2(2), 38–43. https://doi.org/10.52060/im.v2i2.2607.
4. Hastuti, E. (2025, January 8). Fluorosis: Penyebab, gejala, dan penanganannya. Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/3918/fluorosis-penyebab-gejala-dan-penanganannya.