top of page

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

dr.Nanda | 14 November 2025

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

1. Definisi GERD
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah kondisi kronis ketika isi lambung (terutama asam) mengalir kembali ke esofagus dan menyebabkan gejala mengganggu atau komplikasi. Refluks bisa terjadi pada orang sehat, tetapi disebut GERD bila menimbulkan gejala yang sering, berat, atau komplikatif.
Definisi ini sesuai Montreal Consensus, yang menjadi dasar diagnosis global GERD.

2. Epidemiologi
Prevalensi global GERD meningkat dan kini mencapai 8–33%.
Di Asia, prevalensi sekitar 5–17%, namun cenderung naik akibat pola makan dan obesitas.
GERD lebih sering pada dewasa, tetapi dapat terjadi pada semua usia.

3. Patofisiologi GERD (Lengkap)
Patofisiologi GERD bersifat multifaktorial, melibatkan gangguan barrier antirefluks, peningkatan paparan asam, serta gangguan klirens dan sensitivitas esofagus.
A. Disfungsi Lower Esophageal Sphincter (LES)
Faktor paling utama terjadinya GERD.
Disfungsi meliputi:
Transient LES Relaxation (TLESR)
Relaksasi LES yang tidak dipicu menelan → membuka jalan bagi asam naik.
Hipotensi LES
LES lemah → tidak mampu menahan tekanan intraabdomen.
Gangguan peristaltik esofagus
Klirens asam menurun → paparan asam lebih lama.

B. Hiatal Hernia
Sebagian lambung masuk ke rongga dada → melemahkan barrier LES → meningkatkan refluks.
C. Peningkatan Produksi Asam Lambung
Bukan penyebab utama, tetapi memperberat gejala. Faktor pemicu:
stres
makanan pedas, berlemak
kopi, alkohol
merokok

D. Gangguan Lambung
Gastroparesis → pengosongan lambung lambat → tekanan meningkat → mendorong refluks.
Jumlah cairan lambung berlebih memudahkan refluks.

E. Faktor Anatomi & Mekanik
Obesitas: meningkatkan tekanan intraabdomen → menekan LES.
Kehamilan: progesteron menurunkan tonus LES + peningkatan tekanan intraabdomen.

F. Kerentanan Mukosa Esofagus
Paparan asam berulang → inflamasi → erosi → esofagitis.
Paparan jangka panjang → Barrett’s esophagus, precancerous lesion.

4. Gejala Klinis
A. Gejala Tipikal
Heartburn (rasa terbakar di dada, retrosternal)
Regurgitasi (asam naik ke mulut)
Rasa asam/pahit
Kembung, cepat kenyang

B. Gejala Atipikal / ekstraesofageal
Batuk kronis
Suara serak
Sensasi ada benda di tenggorokan (globus)
Asma yang sulit terkontrol
Nyeri dada non-kardiak


C. Red Flags
Perlu evaluasi lanjut:
Disfagia
Odynofagia
Hematemesis / melena
Penurunan berat badan
Riwayat anemia

5. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari gejala khas + respons terapi.
A. Clinical Diagnosis
Pada pasien dengan gejala khas (heartburn + regurgitasi), diagnosis dapat ditegakkan tanpa pemeriksaan tambahan.
B. Trial of Therapy
Terapi PPI 2–4 minggu → bila membaik → mendukung diagnosis GERD.
C. Endoskopi (EGD)
Indikasi:
Red flags
Nyeri dada non-kardiak
Usia >50 tahun
Tidak respons terhadap terapi
Temuan:
Esofagitis (LA Grade A–D)
Barrett’s esophagus
Hernia hiatal

D. pH Monitoring (24 jam)
Gold standard bila diagnosis masih meragukan atau sebelum operasi antirefluks.
E. Manometri Esofagus
Digunakan untuk menilai motilitas sebelum tindakan pembedahan.

6. Penatalaksanaan GERD
Penatalaksanaan mencakup modifikasi gaya hidup, farmakoterapi, dan pembedahan.

A. Modifikasi Gaya Hidup (First Line)
Menurunkan berat badan bila overweight/obesitas
Hindari makan besar menjelang tidur (beri interval 2–3 jam)
Tidur dengan kepala ditinggikan
Hindari makanan pemicu: kopi, coklat, alkohol, soda, pedas, gorengan
Berhenti merokok
Kurangi stres
Menghindari pakaian ketat di perut

B. Terapi Obat
Antasida – untuk gejala ringan
H2-receptor antagonist (H2RA) – ranitidine/famotidine
Proton Pump Inhibitor (PPI) – terapi utama
Omeprazole
Lansoprazole
Esomeprazole
Pantoprazole
Durasi terapi: 4–8 minggu
C. Surgical / Endoscopic Therapy
Indikasi:
Tidak ingin konsumsi obat jangka panjang
Refrakter terhadap PPI
Komplikasi (esofagitis berat, Barrett’s)

Pilihan:
Nissen fundoplication
LINX procedure (magnetic sphincter augmentation)

7. Komplikasi GERD
Esofagitis erosif
Striktura esofagus
Barrett’s esophagus (14% dari GERD erosif jangka panjang)
Adenokarsinoma esofagus (risiko kecil tapi signifikan pada Barrett’s)


KESIMPULAN
GERD adalah kondisi kronis akibat gangguan barrier LES sehingga asam lambung naik ke esofagus. Diagnosis dapat berdasarkan gejala saja, tetapi pemeriksaan lanjut diperlukan bila muncul tanda bahaya atau tidak respons terapi. Penanganan mencakup edukasi, modifikasi gaya hidup, obat, dan bila perlu tindakan bedah.

📚 DAFTAR PUSTAKA (DAPUS)
Katz PO, Dunbar KB, Schnoll-Sussman FH, et al. ACG Clinical Guideline for the Diagnosis and Management of Gastroesophageal Reflux Disease. Am J Gastroenterol. 2022.
Vakil N, van Zanten SV, Kahrilas P, et al. The Montreal Definition and Classification of GERD. Am J Gastroenterol. 2006.
Vaezi MF, Sifrim D. GERD: Clinical manifestations and diagnosis. UpToDate 2024.
Gyawali CP, Fass R. Management of gastroesophageal reflux disease. Gastroenterology. 2018.
NICE Guidelines. Gastro-oesophageal reflux disease and dyspepsia in adults. NICE, 2023.
Fock KM, Talley N, Fass R, et al. Asia-Pacific Consensus on GERD. J Gastroenterol Hepatol. 2016.



  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Klinik Satriabudi Dharma Medika © 2023

Thanks for submitting!

bottom of page