top of page

Apakah Gigi Bisa Tumbuh Kembali Setelah Copot?

drg. Refina | 26 Agustus 2025

Apakah Gigi Bisa Tumbuh Kembali Setelah Copot?

Gigi Manusia dan Pentingnya Menjaga Gigi Susu pada Masa Anak-anak

Secara alami, manusia hanya memiliki dua kelompok atau set gigi sepanjang hidupnya, yaitu gigi susu (gigi sementara yang tumbuh di masa kanak-kanak) dan gigi permanen (yang tumbuh menggantikan gigi susu). Setelah gigi permanen tumbuh dan kemudian tanggal atau dicabut karena suatu alasan, tubuh manusia tidak lagi memiliki kemampuan untuk menumbuhkan gigi baru sebagai pengganti. Artinya, kehilangan gigi permanen bersifat permanen dan tidak dapat digantikan secara alami.

Setelah proses pencabutan gigi, tubuh biasanya akan menyembuhkan soket atau lubang tempat gigi tersebut sebelumnya berada. Penyembuhan ini melibatkan pembentukan tulang dan jaringan ikat di area tersebut. Namun, dalam banyak kasus, terjadi proses yang disebut resorpsi, yaitu menyusutnya tulang secara bertahap, terutama dalam kurun waktu enam hingga dua belas bulan pertama setelah pencabutan gigi.

Kehilangan Gigi Susu Secara Dini: Permasalahan Umum di Seluruh Dunia

Salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling sering terjadi pada anak-anak di seluruh dunia adalah kehilangan gigi susu sebelum waktunya (prematur). Gigi susu seharusnya tanggal secara alami dalam urutan dan waktu tertentu agar proses tumbuhnya gigi permanen berjalan dengan baik. Namun, berbagai faktor dapat menyebabkan gigi susu tanggal lebih awal dari seharusnya. Kondisi kehilangan gigi susu secara prematur sering kali disebabkan oleh:

1. Karies gigi (kerusakan gigi akibat pembusukan) yang merupakan penyebab utama. Kondisi ini sangat umum pada anak-anak dan seringkali berujung pada pencabutan dini karena infeksi atau nyeri hebat.

2. Trauma atau cedera, misalnya akibat benturan saat bermain atau kecelakaan, yang menyebabkan gigi susu copot sebelum waktunya.

3. Resorpsi akar prematur, yaitu kondisi di mana akar gigi susu terkikis atau mengalami pelarutan lebih cepat dari waktunya. Hal ini bisa terjadi karena gangguan patologis tertentu.

4. Kebiasaan buruk, seperti sering mengonsumsi minuman manis (terutama soda), tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik, serta jarang menyikat gigi, juga turut memicu kerusakan gigi yang menyebabkan kehilangan dini.

Dampak Kehilangan Gigi Susu terhadap Pertumbuhan Gigi Permanen dan Perkembangan Rahang

Kehilangan gigi susu yang terjadi terlalu cepat dapat menimbulkan dampak serius terhadap pertumbuhan gigi permanen dan bentuk rahang anak. Ketika gigi susu copot sebelum waktunya, ruang yang seharusnya disediakan untuk tumbuhnya gigi permanen dapat menyempit. Akibatnya, gigi-gigi di sekitarnya akan bergerak dan berpindah posisi, menyebabkan:

1. Penurunan panjang lengkung gigi,

2. Perpindahan posisi gigi tetangga (migrasi),

3. Rotasi gigi, serta

4. Potensi munculnya masalah gigi seperti berjejal dan impaksi (gigi tidak dapat tumbuh dengan benar karena terhalang).

Dampak ini tidak hanya mempengaruhi penampilan estetika wajah dan senyum, tetapi juga dapat mengganggu fungsi mengunyah, serta mempengaruhi perkembangan rahang secara keseluruhan. Jika tidak ditangani sejak dini, kondisi ini dapat menyebabkan maloklusi, yaitu susunan gigi yang tidak rata atau tidak sesuai, yang kemudian memerlukan perawatan ortodontik (behel) yang lebih kompleks dan mahal di kemudian hari.

Pentingnya Space Maintainer (Penjaga Ruang) untuk Mencegah Masalah Lebih Lanjut

Apabila gigi susu copot atau dicabut sebelum waktunya, dokter gigi biasanya akan merekomendasikan penggunaan alat penjaga ruang (space maintainer). Alat ini dipasang secara permanen atau semi permanen untuk mempertahankan ruang yang seharusnya ditempati oleh gigi permanen kelak, dan mencegah gigi-gigi tetangga bergerak ke dalam ruang kosong tersebut.

Space maintainer sangat penting untuk :

1. Menjaga panjang lengkung gigi tetap optimal,

2. Menghindari penyempitan ruang yang bisa menyebabkan gigi tumbuh tidak beraturan (maloklusi),

3. Mengurangi risiko gigi impaksi, gigi berjejal, gigitan silang (crossbite), dan ketidaksesuaian garis tengah gigi.

Oleh karena itu, manajemen dini terhadap kehilangan gigi susu prematur perlu dilakukan secara menyeluruh, baik melalui tindakan korektif maupun upaya pencegahan. Dengan pendekatan ini, kita dapat menghindari berkembangnya gangguan pertumbuhan gigi yang lebih berat di masa depan.

Strategi Pencegahan: Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati

Pencegahan kehilangan gigi susu secara dini sebaiknya dimulai sejak usia sangat muda, bahkan sebelum anak berusia 1 tahun. Orang tua memiliki peran kunci dalam membentuk kebiasaan sehat sejak awal kehidupan anak. Beberapa langkah pencegahan yang penting antara lain:

1. Kunjungan Dini ke Dokter Gigi:
Disarankan agar anak pertama kali mengunjungi dokter gigi setelah gigi pertamanya tumbuh, idealnya sebelum usia satu tahun. Kunjungan rutin selanjutnya membantu memantau perkembangan gigi dan mendeteksi masalah sejak dini.

2. Pola Asuh yang Tepat:
Orang tua sebaiknya tidak membiarkan anak tidur sambil mengisap botol susu atau jus, karena kandungan gula di dalamnya dapat merusak gigi. Penggunaan botol sebagai pengganti empeng juga harus dihindari.

3. Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut:
Mengajarkan anak untuk menyikat gigi setidaknya dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride sangat penting untuk mencegah karies. Orang tua juga perlu memantau dan membantu anak dalam menyikat gigi hingga mereka cukup besar untuk melakukannya dengan benar.

4. Mengurangi Asupan Gula dan Minuman Bersoda:
Gula merupakan faktor utama penyebab karies. Oleh karena itu, konsumsi makanan dan minuman manis, khususnya minuman bersoda, perlu dibatasi terutama pada malam hari sebelum tidur.

5. Pendidikan bagi Orang Tua:
Orang tua perlu diberi pemahaman bahwa kehilangan gigi susu bukan hal sepele. Gigi susu berperan penting dalam pertumbuhan gigi permanen dan perkembangan wajah anak secara keseluruhan.

6. Program Edukasi Berbasis Komunitas dan Sekolah:
Program pencegahan karies berbasis rumah dan sekolah telah terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran dan perilaku menjaga kesehatan gigi anak secara berkelanjutan.

Kesimpulan

Kelalaian terhadap kesehatan gigi pada masa kanak-kanak sering kali dianggap hal biasa, padahal dapat membawa dampak jangka panjang terhadap fungsi mulut, kenyamanan, penampilan fisik, serta kualitas hidup anak secara umum. Banyak kasus karies dan trauma gigi pada anak tidak ditangani secara memadai, sehingga menimbulkan komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah.

Dokter gigi memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya orang tua, mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi sejak dini. Melalui deteksi dini, edukasi, dan intervensi tepat waktu, kita dapat mencegah berbagai masalah gigi serius di masa depan dan memastikan pertumbuhan serta perkembangan gigi anak berlangsung secara optimal.

Sumber :

1. Sculean A, Stavropoulos A, Bosshardt DD. Self-regenerative capacity of intra-oral bone defects. J Clin Periodontol. 2019; 46(Suppl. 21): 70–81. https://doi.org/10.1111/jcpe.13075
2. López-Gómez, S. A. et al. Relationship between premature loss of primary teeth with oral hygiene, consumption of soft drinks, dental care, and previous caries experience. Sci. Rep. 6, 21147; doi: 10.1038/srep21147 (2016).
3. Farani, W., & Dewi, A. (2018). Prevalensi premature loss gigi desidui pada anak usia 9-10 tahun. Insisiva Dental Journal Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 7(2). https://doi.org/10.18196/di.7295
4. Wagner Y, Knaup I, Knaup TJ, Jacobs C, Wolf M. Influence of a programme for prevention of early childhood caries on early orthodontic treatment needs. Clin Oral Investig. 2020 Dec;24(12):4313-4324. doi: 10.1007/s00784-020-03295-4. Epub 2020 May 7. PMID: 32382925; PMCID: PMC7666665.
5. Spiller L, Lukefahr J, Kellogg N. Dental Neglect. J Child Adolesc Trauma. 2019 Feb 4;13(3):299-303. doi: 10.1007/s40653-019-0247-y. PMID: 33088387; PMCID: PMC7561631.

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Klinik Satriabudi Dharma Medika © 2023

Thanks for submitting!

bottom of page