top of page

Anemia pada Perempuan: Penyebab, Patofisiologi, dan Pencegahan

dr. Nanda | 4 Oktober 2025

Anemia pada Perempuan: Penyebab, Patofisiologi, dan Pencegahan

Pendahuluan
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan global yang paling sering dialami perempuan, terutama pada usia reproduktif. Menurut WHO, prevalensi anemia pada wanita usia subur masih tinggi, berkisar 29–40% di berbagai negara berkembang. Kondisi ini dapat berdampak pada kualitas hidup, produktivitas, serta kesehatan ibu dan anak.

Penyebab Anemia pada Perempuan
Perempuan lebih rentan mengalami anemia karena beberapa faktor:
Menstruasi → kehilangan darah bulanan mengurangi cadangan zat besi, terutama bila perdarahan banyak (menorrhagia).
Kehamilan dan menyusui → kebutuhan zat besi meningkat signifikan.
Asupan gizi kurang adekuat → diet rendah protein hewani atau pola makan tidak seimbang.
Penyakit kronis atau infeksi → misalnya tuberkulosis, malaria, kecacingan, penyakit ginjal kronik.

Klasifikasi Anemia
Berdasarkan ukuran sel darah merah (MCV):
Mikrositik: anemia defisiensi besi, thalassemia.
Normositik: anemia penyakit kronis, perdarahan akut.
Makrositik: defisiensi vitamin B12, asam folat.

Berdasarkan etiologi:
Kehilangan darah → menstruasi, postpartum hemorrhage.
Produksi eritrosit menurun → defisiensi besi, defisiensi folat/B12.
Destruksi eritrosit meningkat → hemolisis, sickle cell disease, thalassemia.


Patofisiologi
Pada anemia defisiensi besi, mekanismenya:
Kehilangan darah kronis atau kebutuhan meningkat (hamil, menyusui) → cadangan besi menurun.
Asupan besi rendah → tidak ada cukup besi untuk sintesis hemoglobin.
Sumsum tulang menghasilkan eritrosit mikrositik hipokromik.
Penurunan hemoglobin → kapasitas angkut oksigen menurun → gejala lemas, pucat, cepat lelah.


Manifestasi Klinis
Gejala umum: lemas, pucat, pusing, jantung berdebar, sesak saat aktivitas.
Gejala khas defisiensi besi:
Koilonychia (kuku sendok)
Glositis (lidah licin, nyeri)
Stomatitis angularis (pecah-pecah di sudut mulut)
Pada ibu hamil: risiko persalinan prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan postpartum, bahkan mortalitas ibu.



Diagnosis
Laboratorium:
Hb < 12 g/dL → anemia pada perempuan.
Ferritin rendah → defisiensi besi.
MCV rendah + MCH rendah → anemia mikrositik hipokromik.

Pemeriksaan tambahan:
Tinja untuk mendeteksi cacing.
Pemeriksaan lain bila dicurigai perdarahan saluran cerna atau penyakit kronis.



Pencegahan
Tablet Tambah Darah (TTD):
Remaja putri & wanita usia subur: 1 tablet per minggu.
Ibu hamil: 1 tablet setiap hari.
Perbaikan pola makan:
Zat besi heme: daging merah, hati, ikan.
Vitamin C untuk meningkatkan absorpsi.
Hindari teh/kopi saat minum TTD.
Pengendalian infeksi: malaria, kecacingan, penyakit kronik.
Edukasi kesehatan: sosialisasi pentingnya TTD di sekolah dan komunitas.



Strategi Pencegahan Nasional
Program pemerintah: distribusi TTD gratis di puskesmas dan sekolah.
Fortifikasi pangan: zat besi pada tepung terigu atau makanan pokok.
Gerakan remaja sehat: kampanye rutin minum TTD setiap minggu.

Dampak Sosial-Ekonomi
Anemia pada perempuan tidak hanya memengaruhi kesehatan, tetapi juga menurunkan produktivitas kerja, prestasi akademik, serta meningkatkan beban ekonomi akibat biaya kesehatan dan hilangnya produktivitas. Hal ini menjadikan pencegahan anemia sebagai investasi penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Kesimpulan
Anemia pada perempuan merupakan masalah kesehatan yang serius namun dapat dicegah. Penyebab utamanya adalah defisiensi besi akibat menstruasi, kehamilan, serta asupan gizi yang tidak mencukupi. Patofisiologi utamanya adalah gangguan sintesis hemoglobin sehingga menurunkan kapasitas angkut oksigen darah. Pencegahan dapat dilakukan melalui suplementasi zat besi, perbaikan pola makan, serta program nasional distribusi TTD.

Referensi Jurnal
WHO. Anaemia in women and children. World Health Organization, 2021.
Balarajan Y, Ramakrishnan U, Özaltin E, Shankar AH, Subramanian SV. Anaemia in low-income and middle-income countries. Lancet. 2011;378(9809):2123-2135.
McLean E, Cogswell M, Egli I, Wojdyla D, de Benoist B. Worldwide prevalence of anaemia, WHO Vitamin and Mineral Nutrition Information System, 1993–2005. Public Health Nutr. 2009;12(4):444-454.
Pasricha S-R, Tye-Din J, Muckenthaler MU, Swinkels DW. Iron deficiency. Lancet. 2021;397(10270):233–248.



  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Klinik Satriabudi Dharma Medika © 2023

Thanks for submitting!

bottom of page