top of page

Alergi Makanan

dr. Nanda I 27 September 2025

Alergi Makanan

Alergi makanan adalah reaksi sistem imun yang merugikan terhadap protein (biasanya) dalam makanan yang pada individu sensitif dipersepsikan sebagai ancaman. Reaksi ini dapat mengenai berbagai organ: kulit, saluran napas, saluran cerna, dan sistem kardiovaskular; spektrumnya ringan (gatal, bintik) sampai berat (anafilaksis). PubMed

Gambaran epidemi singkat
Prevalensi alergi makanan meningkat dalam beberapa dekade terakhir, terutama pada anak kecil; namun pola dan pemicu utama bervariasi menurut wilayah. Urtikaria dan reaksi kulit lain adalah di antara manifestasi yang paling sering ditemukan setelah paparan makanan pemicu. PubMed+1
Klasifikasi reaksi alergi makanan (secara imunologis)
IgE-mediated (immediate): muncul cepat (menit–jam) setelah makan; mekanisme melibatkan IgE spesifik, mast cell/basofil degranulasi → histamin dan mediator lain. Ini paling sering menyebabkan urtikaria, angioedema, dan anafilaksis. PubMed+1
Non-IgE (delayed, seluler): gejala muncul lambat (jam–hari), dimediasi sel T dan inflamasi kronis — contoh: beberapa gastroenteropati atau eksantema tertunda.
Mixed (IgE + non-IgE): contohnya beberapa bentuk atopic dermatitis yang dipicu makanan pada anak dan kondisi gastrointestinal kronis dengan komponen imunitas campuran.




Patofisiologi — bagaimana alergi makanan menyebabkan bintik kemerahan di kulit (langkah demi langkah)
Berikut uraian sederhana dan berurutan (peristiwa utama):
Sensitisasi awal (eksposisi pertama atau berulang):
Protein makanan melintasi epitel (usus atau bahkan kulit eczematosa pada bayi) dan diproses oleh sel antigen-presenting cell (APC). APC mempresentasikan antigen ke sel T helper 2 (Th2).
Th2 mengeluarkan sitokin (IL-4, IL-13) yang mendorong diferensiasi B cell menjadi plasma cell yang memproduksi IgE spesifik terhadap alergen tersebut. Antibodi IgE menempel pada reseptor FcεRI di permukaan mast cells (di jaringan termasuk kulit) dan basofil (sirkulasi). BioMed Central+1

Reeksposisi (pemicu) — fase efector (menit hingga jam):

Saat alergen yang sama masuk kembali, ia mengikat IgE yang sudah melekat pada FcεRI. Ikatan silang (cross-linking) IgE pada mast cell/basofil memicu degranulasi sel tersebut. Degranulasi melepaskan mediator pra-formasi (mis. histamin, heparin), lipid mediator (leukotrien, prostaglandin), dan sitokin inflamasi. Peran mast cell tadi sangat sentral. JAC Online

Efek mediator pada kulit → bintik kemerahan:

Histamin menyebabkan vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler → plasma keluar ke jaringan → tampak sebagai eritema (kemerahan), edema (benjolan / wheal), dan rasa gatal.

Mediator lain (leukotrien, prostaglandin, sitokin) memperpanjang dan memperkuat respons → bisa menghasilkan lesi yang lebih besar (angioedema pada jaringan yang lebih dalam) atau penyebaran ruam. Hasil klinis akut ini biasanya disebut urtikaria (biduran) atau angioedema bila melibatkan jaringan subkutan yang lebih dalam. Nature+1

Manifestasi non-immediate / eksaserbasi penyakit kulit kronis:

Pada beberapa pasien (mis. bayi dengan atopic dermatitis) paparan makanan dapat memperburuk peradangan kulit melalui mekanisme campuran; reaksi lebih lambat dan tidak selalu terkait dengan IgE terukur. Peran kulit yang rusak (barrier impairment) sebagai pintu masuk sensitisasi juga penting. Jaci in Practice


Manifestasi kulit yang penting — gambaran klinis
Urtikaria (biduran): lesi berwarna merah atau pucat berbatas jelas, sering berpindah-pindah, sangat gatal; muncul cepat setelah paparan. Sering merupakan manifestasi paling umum dari reaksi makanan segera. PubMed+1

Angioedema: edema pada kulit/mukosa yang lebih dalam (mis. bibir, kelopak mata, lidah); bisa menyertai urtikaria dan kadang mengancam jalan napas jika parah.

Eksaserbasi atopic dermatitis (eksim): pada sebagian anak, konsumsi makanan tertentu dapat memperburuk dermatitis kronis—biasanya onset lambat dan diagnosis menuntut evaluasi menyeluruh. Jaci in Practice

Eksantema sistemik tertunda / exanthem: ruam menyeluruh yang muncul jam–hari kemudian; lebih sering pada reaksi non-IgE.

Pollen-food (oral allergy) syndrome: gejala di mulut dan bibir (gatal, pembengkakan lokal) karena cross-reactivity; kadang sedikit eritema di sekitar mulut.

Diagnosis — langkah yang biasa dilakukan klinisi
Anamnesis detil: onset gejala setelah makan, jenis makanan, jumlah, konsistensi ulang kejadian, gejala lain (GI, napas, syok), riwayat atopik keluarga.


Tes alergi in vivo / in vitro:

Skin prick test (SPT) untuk IgE spesifik (sensitif, namun bisa positif pada sensitisasi tanpa klinis).
Serum specific IgE (sIgE) (RAST atau platform modern).
Uji provokasi oral (double-blind placebo-controlled food challenge — DBPCFC) adalah standar emas untuk diagnosis apabila hasil tes dan anamnese tidak konklusif. PMC


Catatan penting: Tes positif tidak selalu berarti alergi klinis; keputusan harus dikombinasikan dengan riwayat klinis.


Penanganan akut dan jangka panjang
Akut (reaksi IgE-mediated ringan–sedang):
Antihistamin oral (H1) untuk urtikaria/gatal.
Untuk anafilaksis atau reaksi berat (sesak napas, hipotensi, angioedema progresif): epinefrin intramuscular (adrenalin) adalah obat penyelamat utama — segera, lalu panggil layanan darurat. PMC


Manajemen jangka panjang:
Edukasi dan penghindaran makanan pemicu (label reading, cross-contact).
Penulisan epinephrine auto-injector untuk pasien berisiko anafilaksis dan pelatihan penggunaannya.
Terapi kulit untuk pasien dengan atopic dermatitis (emolien, topikal steroid sesuai kebutuhan).
Untuk beberapa pasien, terapi toleransi (oral immunotherapy) sedang berkembang dan tersedia di pusat rujukan untuk alergen tertentu — harus dikelola oleh spesialis. PMC+1


Kesimpulan singkat
Alergi makanan melibatkan proses imun yang dapat cepat memicu reaksi kulit (urtikaria, angioedema) melalui jalur IgE → aktivasi mast cell → pelepasan histamin dan mediator lain. Diagnosis membutuhkan kombinasi anamnese, tes alergi, dan bila perlu uji provokasi; manajemen berkisar dari antihistamin hingga epinefrin untuk kasus berat. PubMed+1



Referensi / Sumber jurnal & guideline (utama)
Anvari S, et al. IgE-Mediated Food Allergy (review). PubMed 2019. PubMed
Oettgen HC. Mast cells in food allergy: Inducing immediate reactions... (J Allergy Clin Immunol). 2023. JAC Online
Tam JS, et al. Cutaneous Manifestations of Food Allergy. (Clin Rev Immunol / PubMed 2017). PubMed
EAACI & AF Santos, et al. EAACI guidelines on the management/diagnosis of IgE-mediated food allergy (2023–2024 updates). PMC+1
Bergmann MM, et al. Evaluation of Food Allergy in Patients with Atopic Dermatitis. (J Allergy Clin Immunol Pract / Pediatrics reviews). Jaci in Practice



  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Klinik Satriabudi Dharma Medika © 2023

Thanks for submitting!

bottom of page