top of page

๐ŸฆŸ Demam Berdarah Dengue (DBD): Patofisiologi, Gejala, dan Penanganan Tepat

dr. Nanda | 21 Oktober 2025

๐ŸฆŸ Demam Berdarah Dengue (DBD): Patofisiologi, Gejala, dan Penanganan Tepat

Pendahuluan
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, terutama saat musim hujan. Bila tidak tertangani dengan cepat, DBD dapat menyebabkan komplikasi berat seperti perdarahan dan syok.

Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, yang terdiri dari empat serotipe (DEN-1 hingga DEN-4). Seseorang yang terinfeksi satu serotipe akan memiliki kekebalan terhadap serotipe tersebut, tetapi tetap berisiko terinfeksi oleh serotipe lain di kemudian hari. Infeksi kedua justru dapat menyebabkan gejala yang lebih berat akibat mekanisme antibody-dependent enhancement (ADE).

Patofisiologi
Setelah virus masuk ke tubuh melalui gigitan nyamuk, virus menginfeksi sel-sel sistem imun seperti makrofag dan monosit. Di dalam sel ini, virus bereplikasi dan menyebabkan pelepasan berbagai zat kimia peradangan (sitokin). Pelepasan sitokin berlebihan mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah (endotel) dan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga cairan darah keluar ke jaringan di sekitarnya.
Kondisi ini menyebabkan kebocoran plasma, penurunan volume darah efektif, serta peningkatan hematokrit. Pada saat yang sama, terjadi penurunan jumlah trombosit dan gangguan fungsi hemostasis, yang memicu perdarahan spontan. Bila kehilangan cairan terlalu besar, pasien dapat mengalami syok dengue.

Perjalanan Penyakit DBD
Fase Demam (hari ke-1 sampai ke-3):
Pasien mengalami demam tinggi mendadak yang sulit turun, disertai nyeri kepala, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual, muntah, dan ruam kemerahan di kulit. Beberapa pasien juga mengeluhkan lemas, tidak nafsu makan, atau nyeri ulu hati.
Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan penurunan jumlah trombosit dan peningkatan hematokrit.

Fase Kritis (hari ke-4 sampai ke-6):
Demam mulai menurun, tetapi justru pada fase ini terjadi kebocoran plasma. Pasien dapat tampak lebih lemas, mual, atau menunjukkan tanda-tanda perdarahan.
Tanda bahaya (warning signs) yang perlu diwaspadai meliputi:
-Nyeri perut hebat atau nyeri tekan di ulu hati
-Muntah terus-menerus
-Perdarahan spontan seperti mimisan, gusi berdarah, muntah darah, atau buang air besar berdarah
-Pembesaran hati (hepatomegali)
-Penurunan jumlah urin
-Lemas, gelisah, atau penurunan kesadaran

Tanda syok seperti kulit dingin, nadi cepat lemah, dan tekanan nadi menyempit

Fase Penyembuhan (hari ke-6 ke atas):
-Cairan tubuh yang keluar ke jaringan mulai kembali ke pembuluh darah. Nafsu makan membaik, demam menghilang, dan jumlah trombosit perlahan meningkat. Namun, pemantauan tetap diperlukan agar tidak terjadi kelebihan cairan (overload) akibat terapi cairan yang berlebihan.


Gejala Klinis DBD
Gejala utama DBD adalah demam tinggi mendadak yang disertai nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri di belakang mata, mual, muntah, serta ruam kemerahan di kulit. Pada beberapa pasien dapat muncul petekie (bintik merah kecil pada kulit) akibat pecahnya pembuluh darah halus.
Pada kasus berat, timbul perdarahan hebat, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda syok.

Pengobatan
Hingga kini belum ditemukan obat antivirus spesifik untuk DBD. Penanganan bersifat simptomatik dan suportif, antara lain:
Istirahat cukup dan asupan cairan oral yang cukup (air putih, jus, oralit).
Obat penurun panas (parasetamol) bila demam tinggi. Hindari aspirin dan ibuprofen karena dapat meningkatkan risiko perdarahan.
Pemantauan ketat terhadap tanda bahaya, hematokrit, dan trombosit.
Rawat inap jika terdapat tanda bahaya, trombosit <100.000/ยตL, atau tanda kebocoran plasma.
Pemberian cairan intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) pada pasien dengan tanda dehidrasi atau syok
Transfusi darah hanya diberikan bila terjadi perdarahan berat atau penurunan hemoglobin signifikan.


Pencegahan
Upaya pencegahan DBD dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus, yaitu:
Menguras tempat penampungan air secara berkala
Menutup rapat wadah air
Mengubur barang bekas yang berpotensi menampung air
Plus: menggunakan lotion antinyamuk, kelambu, memasang kawat kasa, menanam tanaman pengusir nyamuk, dan melakukan fogging bila diperlukan.



๐Ÿ“š Daftar Pustaka
World Health Organization (WHO). Dengue and severe dengue. Geneva: WHO; 2023.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2022.
https://p2p.kemkes.go.id
Guzman MG, Harris E. Dengue. The Lancet. 2015;385(9966):453โ€“465.
DOI: 10.1016/S0140-6736(14)60572-9
Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD. Dengue virus pathogenesis: an integrated view. Clinical Microbiology Reviews. 2009;22(4):564โ€“581.
DOI: 10.1128/CMR.00035-09
Amalia D, Setyowati R, Pratama D. Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk. Journal of Nursing and Public Health. 2023;9(2):101โ€“108.
DOI: 10.37676/jnph.v9i2.1788


  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Klinik Satriabudi Dharma Medika © 2023

Thanks for submitting!

bottom of page