top of page

๐Ÿ’Š Kenapa Antibiotik Harus Dihabiskan?

dr.Nanda | 01 November 2025

๐Ÿ’Š Kenapa Antibiotik Harus Dihabiskan?

Antibiotik adalah salah satu penemuan terbesar dalam dunia kedokteran. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri, seperti radang tenggorokan karena Streptococcus, infeksi saluran kemih, atau pneumonia.
Namun, antibiotik tidak bekerja untuk infeksi akibat virus, seperti flu, pilek, atau batuk ringan.
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang menggunakan antibiotik secara tidak tepat โ€” misalnya, berhenti sebelum waktunya, minum tanpa resep dokter, atau menggunakan sisa obat lama.
Kebiasaan ini bisa menimbulkan masalah besar: resistensi antibiotik.

๐Ÿงซ 1. Antibiotik Bekerja Secara Bertahap
Saat pertama kali dikonsumsi, antibiotik mulai membunuh bakteri penyebab infeksi.
Namun, tidak semua bakteri mati sekaligus โ€” sebagian mungkin lebih kuat atau lebih lambat bereaksi terhadap obat.
Jika pengobatan dihentikan lebih awal, bakteri yang tersisa akan beradaptasi dan berkembang biak kembali.
Akibatnya, infeksi bisa muncul lagi, dan kali ini mungkin lebih sulit diobati.

โš ๏ธ 2. Risiko Terbesar: Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika bakteri menjadi kebal terhadap efek obat.
Bakteri yang kebal ini bisa menular ke orang lain, menyebar di komunitas, bahkan di rumah sakit.
Contohnya, bakteri E. coli atau Staphylococcus aureus yang dulunya mudah diobati dengan antibiotik umum, kini sudah banyak yang resisten terhadap amoksisilin atau eritromisin.
Resistensi menyebabkan:
Pengobatan lebih lama,
Biaya meningkat,
Risiko komplikasi dan kematian juga lebih tinggi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut resistensi antibiotik sebagai salah satu dari 10 ancaman kesehatan global terbesar.

๐Ÿ’ฃ 3. Infeksi Bisa Kambuh dan Lebih Berat
Ketika antibiotik tidak dihabiskan, infeksi bisa kambuh dalam waktu dekat.
Gejalanya sering lebih berat karena bakteri yang tersisa sudah โ€œbelajar bertahanโ€ dari paparan obat sebelumnya.
Pasien yang kambuh seringkali membutuhkan antibiotik yang lebih kuat โ€” bahkan kadang harus dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik suntik.

๐Ÿ’€ 4. Efek Samping Jika Antibiotik Tidak Dihabiskan
Selain resistensi, penggunaan antibiotik yang tidak tuntas juga dapat menimbulkan efek lain, seperti:
Gangguan pencernaan (diare, mual, perut kembung)
Alergi obat
Infeksi jamur akibat ketidakseimbangan flora normal tubuh
Kekambuhan infeksi dengan gejala lebih berat
Tubuh yang terus-menerus terpapar antibiotik tanpa pengawasan dokter juga berisiko mengalami kerusakan organ, terutama hati dan ginjal.

๐Ÿงโ€โ™€๏ธ 5. Contoh Kasus:
Seorang pasien dengan radang tenggorokan diberi antibiotik selama 7 hari.
Setelah 3 hari, gejalanya membaik, dan ia berhenti minum obat.
Seminggu kemudian, tenggorokannya sakit lagi โ€” kali ini lebih parah dan disertai demam tinggi.
Ketika diperiksa, infeksinya kambuh dengan bakteri yang sudah resisten terhadap antibiotik sebelumnya.
Akibatnya, dokter perlu mengganti ke antibiotik generasi lebih tinggi dan durasi pengobatan lebih lama.


๐Ÿฉบ 6. Cara Penggunaan Antibiotik yang Benar
Gunakan hanya jika diresepkan dokter.
Tidak semua demam atau batuk butuh antibiotik.
Habiskan sesuai lama terapi yang dianjurkan.
Umumnya 5โ€“7 hari, atau sesuai diagnosis.
Jangan gunakan sisa antibiotik lama.
Dosis atau jenisnya bisa tidak sesuai dengan infeksi saat ini.
Jangan berbagi antibiotik dengan orang lain.
Setiap orang butuh dosis dan jenis yang berbeda.
Simpan obat dengan benar sesuai petunjuk kemasan.



๐Ÿ“Š Prevalensi Resistensi Antibiotik di Indonesia
Beberapa data terkini menunjukkan bahwa resistensi antibiotik (atau lebih luas: resistensi antimikroba) di Indonesia sudah sangat tinggi:
Prevalensi mikroba yang resisten terhadap antimikroba di Indonesia dilaporkan telah mencapai 67 %.

Sebuah penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Janโ€“Aug 2020 menunjukkan bahwa prevalensi bakteri resisten karbapenem untuk Acinetobacter baumannii mencapai antara 46,43 %โ€“70 %.
Dari kajian lainnya disebut bahwa pada beberapa isolat bakteri seperti Staphylococcus aureus angka resistensi berada di kisaran 32 %โ€“45 %.


๐Ÿ’ก Kesimpulan
Antibiotik bukan obat untuk semua penyakit.
Penggunaan yang tidak tepat โ€” termasuk tidak menghabiskan obat โ€” dapat menyebabkan resistensi, kekambuhan infeksi, dan komplikasi yang lebih berat.
Untuk mencegah hal ini, selalu gunakan antibiotik sesuai petunjuk dokter dan habiskan hingga tuntas, meski gejala sudah membaik.


๐Ÿ“š Daftar Pustaka
World Health Organization (WHO). Antimicrobial resistance: Key facts. Geneva: WHO; 2024.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Antibiotic Use and Resistance (AUR) Module. Atlanta: CDC; 2023.
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI; 2022.
Puspandari N, et al. Pedoman Pencegahan Resistensi Antimikroba di Indonesia. Jakarta: Dirjen Kefarmasian dan Alkes, 2023.
Davies J, Davies D. Origins and evolution of antibiotic resistance. Microbiol Mol Biol Rev. 2010;74(3):417โ€“433.
Laxminarayan R et al. Antibiotic resistanceโ€”the need for global solutions. Lancet Infect Dis. 2013;13(12):1057โ€“1098.



  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Klinik Satriabudi Dharma Medika © 2023

Thanks for submitting!

bottom of page