top of page

KETAHUI PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN PENCEGAHANNYA

dr. Poppy Permata Putri, 28 Oktober 2023
pain-heartburn-old-senior-asian-grandfather-patient-uniform-suffer-from-body-problem-healt

Penyakit jantung koroner atau PJK adalah penyakit jantung akibat penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang menyuplai darah ke jantung. WHO mengatakan bahwa penyakit jantung serta pembuluh darah menjadi penyebab kematian di dunia peringkat satu. 17,9 juta orang meninggal akibat PJK di tahun 2016 yakni 31% dari semua kematian global.Prevalensi PJK di Indonesia adalah 18,3/100.000 penduduk pada golongan usia 15−24 tahun, meningkat menjadi 174,6/100.000 penduduk pada golongan usia 45−54 tahun, dan meningkat menjadi 461,9/100.000 penduduk pada usia >55 tahun. PJK belum diketahui secara jelas dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan rasa sakit dan serangan jantung.

​

FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER

  • Usia

Usia adalah faktor risiko paling penting dengan 80% dari kematian PJK umur 65 tahun bahkan lebih. Meningkatnya umur individu maka berpotensi untuk menderita PJk dalam jangka waktu ini digunakan untuk terjadi penumpukkan flak dan proses kerapuhan dinding pembuluh darah semakin panjang. Laki-laki berusia ≥45 tahun dan perempuan ≥55 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi terkena Penyakit Jantung Koroner.

  • Riwayat keluarga mengalami Penyakit Jantung Koroner

Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita serangan jantung, pasang ring jantung, ataupun kematian mendadak pada ayah atau saudara laki-laki kandung sebelum usia 55 tahun dan/atau pada ibu atau saudara perempuan kandung yang terjadi sebelum usia 65 tahun diketahui berisiko lebih besar menderita Penyakit jantung Koroner. Hal ini disebabkan karena riwayat keluarga mencerminkan interaksi genetik dan lingkungan dari seseorang.

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Hipertensi didefinisikan sebagai nilai tekanan darah sistolik (TDS) yang lebih dari 140 mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik (TDD) yang lebih dari 90 mmHg. Setiap peningkatan 20 mmHg TDS atau 10 mmHg TDD dikaitkan dengan dua kali lipat risiko kejadian kardiovaskular yang fatal.

  • Merokok

Perokok dengan usia di bawah 50 tahun memiliki risiko penyakit jantung koroner lima kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Sementara itu, aktivitas merokok pasif dan penggunaan jenis rokok tembakau tanpa asap juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Merokok, baik aktif maupun pasif, dapat menyebabkan penyakit jantung koroner melalui serangkaian proses yang saling berhubungan, seperti stres oksidatif, perubahan dinamika aliran darah dan otonom, disfungsi dinding pembuluh darah, penyumbatan aliran darah, peradangan, kelebihan lemak, atau penyakit lainnya. Individu yang merokok sekitar satu batang rokok per hari memiliki risiko 48% lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan bukan perokok

  • Dislipidemia (Kadar lemak darah tidak normal)

Dislipidemia adalah peningkatan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, atau penurunan konsentrasi kolesterol HDL atau kombinasi dari beberapa abnormalitas tersebut. Diet yang mengandung kolesterol, lemak jenuh tinggi, lemak trans, kadar gula yang tinggi, dan kurang asupan sayur dan buah berperan untuk menyebabkan kelebihan kadar kolesterol dalam darah dan meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner.

  • Diabetes Melitus

Diabetes Melitus meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner sekitar dua kali lipat lebih tinggi. Selain itu, pasien dengan DM tipe II cenderung memiliki beberapa faktor risiko Penyakit Jantung Koroner, termasuk dislipidemia dan hipertensi.

  • Berat badan berlebih (overweight ataupun obesitas)

Obesitas merupakan penyakit kronis yang kompleks yaitu kondisi kelebihan lemak tubuh (adipositas) yang dapat mengganggu kesehatan tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko semua penyebab dan kematian penyakit jantung pembuluh darah. Obesitas dan peningkatan jaringan lemak berkontribusi dalam menyebabkan penumpukan lemak di dinding pembuluh darah.

  • Gaya hidup

Gaya hidup sedenter yaitu gaya hidup dimana seseorang banyak duduk dan minim beraktivitas fisik, merupakan salah satu faktor risiko Penyakit Jantung Koroner.

  • Stres Psikis

Stres yang terpendam secara tidak sadar akibat peristiwa negatif dalam kehidupan dapat menyebabkan pembentukan plak di dinding pembuluh darah. Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa stres merupakan faktor risiko untuk perkembangan penyakit jantung pembuluh darah serta meningkatkan kesakitan dan kematian pada pasien dengan penyakit arteri koroner yang sudah ada sebelumnya. Salah satu mekanisme yang diduga terjadi pada proses ini adalah bahwa stres kronis menyebabkan cedera dinding lapisan dalam pembuluh darah, yang akan menghasilkan pembentukan plak penyumbatan.

​

GEJALA PENYAKIT JANTUNG KORONER

Penderita Penyakit Jantung Koroner bisa jadi tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala baru timbul bila terjadi iskemia pada jantung, yaitu kondisi dimana sel – sel jantung tidak mendapatkan cukup suplai darah dan oksigen akibat adanya gangguan aliran darah jantung. Gejala dan tanda Penyakit Jantung Koroner biasanya baru muncul pada orang dewasa usia pertengahan atau lansia.

Gejala klinis PJK berupa :

  • Merasakan nyeri dan tidak naman bagian dada kiri hingga menjalar ke leher, bahu kiri serta tangan dan punggung.

  • Merasakan ada tekanan, remasan, terbakar hingga tertusuk.

  • Merasakan keringat dingin, mual, muntah, lemas pusing hingga pingsan.

  • Timbul secara tiba-tiba dengan kecepatan tinggi dan waktu bervariasi

​

PENCEGAHAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

​1. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik sebagai pencegahan primer Penyakit Jantung Koroner harus dimulai sejak usia sekolah hingga seumur hidup. Olahraga yang dapat dilakukan sejak dini antara lain berlari, menari, berenang, dan beberapa latihan resistensi tertentu. Pada orang dewasa, contoh latihan yang dapat dilakukan adalah latihan aerobik, seperti bersepeda, joging, dan berenang. Selain olahraga juga harus didukung dengan gaya hidup yang aktif. Intensitas, durasi, dan frekuensi semua jenis latihan sebaiknya diukur dan direncanakan Disarankan untuk dewasa sehat berolahraga aerobic dengan intensitas sedang selama 150—300 menit/minggu atau intensitas berat selama 75—150 menit/minggu.

2. Diet yang tepat

Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan faktor risiko Penyakit Jantung Koroner seperti obesitas, dislipidemia, hipertensi, dan Diabetes Melitus. Diet kaya buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, polongpolongan, biji-bijian, dan ikan, diet rendah daging merah dan olahannya, biji-bijian olahan, yang secara konsisten telah terbukti mengurangi risiko Penyakit Jantung Koroner sebesar 10%.

3. Obati dan kendalikan penyakit penyerta

Kontrol rutin ke fasilitas kesehatan dan minum obat teratur (apabila diresepkan oleh dokter yang memeriksa) jika menderita penyakit yang berkaitan dengan Penyakit Jantung Koroner seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, Dislipidemia,

4. Hindari Berat badan berlebih (overweight) ataupun obesitas

Langkah-langkah menjaga berat badan untuk mencegah obesitas termasuk pengaturan asupan nutrisi yang tepat, olahraga, perilaku, dan mungkin juga dengan obat-obatan.

5. Berhenti Merokok

Banyak penelitian yang melaporkan manfaat berhenti merokok terhadap perbaikan risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner dan risiko perburukan Penyakit Jantung Koroner. Salah satu manfaat tersebut ialah penurunan angka kematian pada pasien dengan serangan jantung sebesar 36%.

6. Hindari dan Kendalikan Stres Psikis

Para ilmuwan telah meneliti efek berbagai teknik pengurangan stres dan memvalidasi kemanjuran dan efektivitas berbagai metode pengelolaan stress. Mempelajari Teknik relaksasi (seperti meditasi dan melakukan pijatan pada otot yang mengalami ketegangan), serta mencari bantuan professional apabila diperlukan disarankan untuk mengelola stress psikis yang dialami

​

​

Referensi:

Ariaty GM, Sudjud RW, SItanggang RH. Angka Mortalitas pada Pasien yang Menjalani Bedah Pintas Koroner berdasar Usia, Jenis Kelamin, Left Ventricular Ejection Fraction, Cross Clamp Time, Cardio Pulmonary Bypass Time, dan Penyakit Penyerta. Jurnal Anestesi Perioperatif (2017)  Volume 5 no 3: 155-162

PERKI. 2022. Panduan Prevensi penyakit Kardiovaskular Aterosklerosis.

Wahidah, Harahap RA. PJK (Penyakit Jantung Koroner) dan SKA (Sindrome Koroner Akut) dari Prespektif  Epidemiologi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.6 , No. 1 Hal. 54-65

​

bottom of page