Fakta dan Mitos Kesehatan Reproduksi
dr. Herlina | 10 Juni 2024

Pembahasan mengenai kesehatan reproduksi di kalangan masyarakat sering kali dianggap tabu. Hal ini menyebabkan orang - orang enggan untuk bertanya kepada dokter ataupun bidan walaupun ada banyak pertanyaan seputar kesehatan reproduksi yang membingungkan. Sehingga banyak mitos seputar kesehatan reproduksi yang dipercaya di masyarakat.
Berikut ini beberapa mitos seputar kesehatan reproduksi yang sebaiknya tidak perlu diyakini :
1. Menggunakan toilet duduk umum berisiko terkena Penyakit Infeksi Menular Seksual
​
Penyakit Infeksi Menular Seksual dapat terjadi melalui hubungan seksual atau adanya pertukaran cairan tubuh. Kuman penyebab infeksi menular seksual ini tidak dapat bertahan hidup diluar tubuh dalam jangka waktu yang lama. Terutama pada permukaan benda seperti dudukan toilet. Kecuali, terdapat luka terbuka atau sayatan pada tubuh dan menyentuh dudukan toilet. Sebaliknya penyakit ini dapat tertular melalui kontak mulut ke mulut (seperti herpes) dan kontak kulit ke kulit (seperti kutil kelamin, kutu kemaluan dan sebagainya).
​
2. Berhubungan seksual satu kali tidak akan menyebabkan kehamilan
​
Kehamilan dapat terjadi ketika sel sperma bertemu dengan sel telur dan kemudian terjadi pembuahan. Sehingga walaupun baru pertama kali berhubungan seksual, risiko kehamilan tetap bisa terjadi.
​
3. Membersihkan area kewanitaan dengan menggunakan vaginal douche
​
Vaginal douche merupakan cairan khusus pembersih vagina yang mengandung air, baking soda, cuka, pewangi, dan antiseptik. Di kalangan masyarakat masih banyak wanita yang melakukan douching karena merasa vagina menjadi lebih bersih, segar dan menjadi harum.
​
Padahal untuk membersihkan vagina tidak perlu melakukan douching karena vagina dapat membersihkan dirinya sendiri secara alami dengan bantuan bakteri baik yang ada di area vagina. Dengan douching justru menyebabkan gangguan keseimbangan pH dalam vagina sehingga mempermudah untuk terjadinya infeksi organ reproduksi seperti saluran tuba, rahim dan ovarium. Jika perlu, cukup gunakan air hangat dan sabun lembut tanpa pewangi untuk menjaga kebersihan bagian luar vagina.
​
4. Wanita menopause tidak dapat melakukan hubungan seksual
​
Pada saat menopause, terdapat perubahan hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron yang berkurang secara signifikan. Sehingga gairah seksual dan produksi pelumas vagina juga ikut berkurang. Namun, banyak wanita yang tetap dapat menikmati kehidupan seksual secara puas dengan setelah menopause dengan melakukan upaya khusus seperti menggunakan pelumas tambahan, menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan, olahraga dan konsumsi makan makanan yang sehat dan bergizi.
​
5. Buang air kecil setelah berhubungan seksual tidak perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
​
Justru sebaliknya, buang air kecil setelah berhubungan seksual sangat disarankan karena dengan cara ini dapat menghindari diri dari penyakit infeksi saluran kemih. Menurut penelitian, wanita lebih berisiko terkena infeksi saluran kemih dibandingkan pria. Hal ini berkaitan dengan posisi anatomi uretra wanita berdekatan vagian dan anus. Sehingga bakteri vagina atau anus dapat dengan mudah menyebar ke uretra. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka disarankan untuk buang air kecil setelah berhubungan seksual.
​
6. Infertilitas hanya terjadi pada perempuan
​
Hal ini merupakan mitos yang sering didengar di masyarakat. Infertilitas tidak hanya dapat terjadi pada wanita , namun juga dapat terjadi pada pria. Faktor risiko terjadinya infertilitas antara lain pertambahan usia , riwayat terpapar asap rokok dan merokok, berat badan tidak ideal dan stres.
​
Penyebab spesifik terjadinya infertilitas pada wanita yaitu adanya gangguan ovulasi , penyumbatan pada tuba fallopi , gangguan lendir serviks, adanya riwayat kelainan bawaan, endometriosis dan akibat konsumsi obat-obatan tertentu. Sedangkan pada pria, penyebab paling sering terjadinya infertilitas yaitu adanya gangguan hormon tiroid, gangguan hormon prolaktin, varikokel, gangguan saluran sperma, masalah seksual sperti impoten, ejakulasi dini dan sebagainya.
​
Namun, untuk mencari penyebab pastinya perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter agar dapat diberikan terapi yang sesuai.
​
​
Demikian beberapa mitos seputar kesehatan reproduksi dan kebenarannya. Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan semakin banyak masyarakat yang sadar dalam menjaga kesehatan terutama kesehatan reproduksi.
Jika masih ada informasi kesehatan yang ingin diketahui lebih lanjut, silahkan konsultasi dengan dokter kami di Klinik Satriabudi Dharma Medika. Salam sehat !
​
​
​
Sumber :
-
Mayo Clinic (2021). Female Infertility. dapat diakses di : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/female-infertility/symptoms-causes/syc-20354308
-
Mayo Clinic (2022). Male Infertility. dapat diakses di: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/male-infertility/symptoms-causes/syc-20374773
-
Bettcher CM, Campbell E, Petty LA, et al. Urinary Tract Infection [Internet]. Ann Arbor (MI): Michigan Medicine University of Michigan; 2021 May. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK572335/
-
CDC (2024). About Reproductive Health. Dapat diakses di: https://www.cdc.gov/reproductive-health/about/index.html